Dilema Passion dan Kebutuhan


Kebanyakan orang menyarankan bekerjalah sesuai passion.
Apa sih sebenarnya passion itu?
Passion adalah hal yang membuat kita suka untuk mengerjakannya dan bisa memberikan seluruh kemampuan kita.
Akan tetapi, kalau saya kurang sependapat dengan hal itu.
Bagiku passion hanyalah sebuah keinginan seseorang untuk berada di zona nyaman dan keinginan tersebut bisa saja berubah seiring berjalannya waktu.
Dunia tidak melulu mengikuti setiap keinginan kita, tapi yang terpenting adalah kebutuhan kita.
Kebutuhan itu lebih penting daripada keinginan.
Jika kamu menjadi fresh graduate, pasti akan dihadapkan berbagai pilihan.
Memilih pekerjaan yang sesuai passion atau mencoba setiap lowongan pekerjaan yang sesuai kualifikasimu.
Apalagi ketika pekerjaan yang sesuai passion tidak ada yang membuka lowongan.
Apakah kamu memilih jadi pengangguran demi passion?
Realistis saja, kebutuhan adalah yang penting dan kita perlu berusaha.
Seandainya kamu mendapat pekerjaan demi mencukupi kebutuhan dan masih dalam ranah kualifikasimu itu tidak masalah.
Kita bisa bekerja sambil belajar ilmu baru, meski di awal akan terasa berat.
Akan tetapi, yakinlah bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Kita juga bisa belajar menyukainya dan bekerja dengan hati serta memberikan seluruh kemampuan kita dengan maksimal.
Bekerja dengan maksimal itu sebagai ungkapan syukur kita kepada Allah Swt.
Jika kita bersyukur tentu Allah akan menambah nikmatnya, mungkin kamu bisa menjadi pekerja yang berprestasi dan memiliki keterampilan baru.
Sangat indah bukan rencana Allah?
Allah memang yang mengetahui setiap kebaikan bagi setiap hamba-Nya.
Jadi tetaplah berpikir positif terhadap setiap proses yang kita lalui dan bersyukur di setiap keadaaan.
Share:

3 komentar:

  1. Hay mbak salam kenal saya member 1 Minggu 1 cerita. Passion dan kebutuhan emang bikin bingung sih setidaknya itu yg saya rasakan bahkan sampai sekarang hahah. Saya kuliah di jurusan pendidikan alih-alih mengajar tapi hati tak kunjung tertambat juga di sana. Pernah jadi guru bimbel. Cita-cita jadi guru sekolah swasta luntur sudah, saya berkali-kali ditolak karena saya akui saya tidak mengembangkan diri dalam hal ajar mengajar jadi tidak memiliki portofolio mumpuni yang bisa 'menjual'. Ditambah saat ini sedang pandemi, udahlah jangan ngomongin passion, bisa kerja untuk kebutuhan pokok aja sudah bersyukur banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Anggi
      Terima kasih mb anggi sudah mau berkunjung ke blog saya.
      Terima kasih juga telah sedikit berbagai ceritanya.
      Intinya bersyukur ya mba dan tercukupi kebutuhan.
      Karena hidup penuh ketidakpastian.
      Dan kita hanya bisa berusaha dan berharap:)

      Hapus
  2. Jadi kita harus mencintai pekerjaan yg sedang kita jalani yaa :)

    BalasHapus