Dilema Kebosanan

 


Saat awal mendapat suatu pekerjaan tentu kita akan bahagia.

Meskipun terkadang tidak sesuai dengan keahlian kita.

Saat itu, yang kita pikirkan adalah mencoba tantangan baru.

Semangat pun membara untuk menaklukkan setiap tantangan yang ada.

Hingga akhirnya kita pun telah mencapai titik tertinggi di perusahaan tersebut.

Setelah mencapainya, sistem pun mulai terasa stagnan.

Kondisi pekerjaan terasa sebatas rutinitas dan tantangannya sudah kita pahami dengan baik.

Rasa bosan pun mulai muncul setiap saat dan terkadang terlintas di pikiran kita untuk resign.

 

Apakah resign solusi terbaik atas rasa bosan itu?

Apakah kita sudah memiliki pekerjaan baru yang lebih baik?

Jika kita belum memiliki pekerjaan baru, bertahanlah dan ubahlah pikiran kita.

Ciptakan tantangan baru di luar rutinitas tersebut.

Ikuti komunitas-komunitas yang membuat diri kita berkembang.

Ikuti pelatihan-pelatihan yang kita sukai.

Kembangkan seluruh potensi kita di luar perusahaan tersebut.

Jika merasa perlu liburan, pilih liburan yang membuat kita fresh dan bisa melepas kepenatan di tengah aktivitas yang padat.

Dengan begitu, rasa bosan saat di kantor pun bisa teratasi.

 

Ketahuilah pada hakikatnya semua pekerjaan akan membuat kita bosan.

Akan tetapi, jika kita niatkan bekerja untuk ibadah dan bermanfaat bagi orang lain.

Tentu akan memberikan kebahagiaan tersendiri dan membuat kita ikhlas menjalaninya.

Tujuan yang kita capai bukan hanya materi, tetapi kebermanfaatan bagi orang lain.

Ingatlah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Share:

1 komentar:

  1. di rumah saja selama pandemi bikin bosan.
    kerja pulang pergi. brgkt pagi plg sore juga bikn bosan
    kuliah dgn seabrek tugas bikin bosan. loh saya kok ngapain aja bosan ya? hehe
    ternata kurg bersyukur. berarti bosan = mengeluh = kurang syukur ya?
    mari kita muhasabah diri ....

    BalasHapus