Bagaimana Standar Bahagiamu?
Kebanyakan orang
menginginkan hidup bahagia.
Standar bahagia setiap orang
tentu berbeda-beda.
Tergantung bagaimana ia
memaknai bahagia itu sendiri.
Ada yang memaknai banyak
harta akan bahagia.
Ada yang memaknai bahagia
jika memiliki wajah cantik atau tampan.
Apakah benar demikian?
Menurut saya, hal itu tidak
sepenuhnya benar.
Orang yang memiliki banyak
harta, terkadang terperdaya dengan hartanya.
Ia mungkin memiliki standar
hidup yang tinggi dan banyak keinginan yang ingin dipenuhi.
Misalnya sudah memiliki satu
rumah, ingin punya 2 rumah, dan lain-lain.
Tak
sedikit juga yang kikir demi menumpuk hartanya.
Orang
seperti ini bisa jadi ia menjadi budaknya harta.
Apakah orang seperti itu
bahagia?
Kalau bagiku, bahagia itu
jika kita bisa membelanjakan harta di jalan Allah dengan ringan, seperti sedekah,
zakat, infak, dan lain-lain.
Tidak perlu menunggu kaya raya untuk membelanjakan harta di jalan
Allah.
Kita bisa melakukannya baik
di waktu sempit atau lapang sesuai kemampuan masing-masing.
Bahagia karena tampan atau
cantik.
Pasti dibenak kita terlintas
menginginkan wajah yang cantik atau tampan.
Cantik dan tampan sebenarnya
itu relatif.
Setiap orang memiliki
standar kecantikan atau ketampanan masing-masing.
Hal itu karena setiap orang
memiliki pola pikir yang berbeda jika memandang orang lain.
Boleh jadi kita menganggap seseorang
cantik.
Akan tetapi, ia sendiri
merasa tidak cantik.
Mungkin karena ia merasa kurang
tinggi walaupun wajahnya cantik.
Memang manusia itu
kebanyakan hanya fokus pada kekurangannya.
Padahal banyak kelebihan
yang ada pada dirinya dan terkadang malah orang lain ingin sepertinya.
Jadi, bagiku bahagia itu
jika kita bisa mencintai diri kita apa adanya, tanpa ada syarat atau standar
yang lagi trend.
Dengan demikian, permasalahan bahagia tidaknya seseorang itu tergantung pandangan kita sendiri.
Kebanyakan dari kita terbuai
dengan indahnya rumput tetangga.
Memang rumput tetangga akan
terlihat lebih hijau daripada milik kita.
Itulah tipu daya setan agar
kita tidak bersyukur atas nikmat yang kita miliki saat ini.
Oleh karena itu, kita harus
berusaha melawan tipu daya tersebut.
Ingatlah janji Allah, bahwa
jika kita bersyukur akan ditambah nikmatnya. Akan tetapi, jika kita kufur maka
azab Allah sangat pedih. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ibrahim ayat 7:
“Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu, memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat”
Saya terus bertanya, bahagia versi saya sepertibapa ya? Hahaha ... betuul, dengan selalu bersyukur kita akan merasakan bahagia
BalasHapusMakasih ka @Lisa Lestari udah berkunjung ke blog saya .. hehhe
Hapus