Mengenal Toxic pada Diri Sendiri
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar istilah toxic?
Toxic adalah bahasa gaul yang sekarang ini lagi hits.
Istilah
toxic berasal dari Bahasa Inggris yang artinya racun.
Toxic
di sini bukan berarti kita menelan sesuatu makanan beracun atau menghirup zat
beracun. Toxic yang dibahas lebih ke permasalahan psikologis yaitu sesuatu yang
memberikan energi negatif pada diri kita.
Tanpa
kita sadari, dalam diri kita juga rentan terpapar toxic.
Terlebih
saat memasuki dunia kerja atau usia 25-an.
Apa
saja yang menjadi toxic bagi diri kita sendiri?
1.
Ekspektasi tidak sesuai realita
Manusia memang
harus memiliki tujuan dan rencana hidup yang jelas. Akan tetapi, terkadang apa
yang kita harapkan tidak bisa tercapai. Misalnya kita ingin masuk kuliah di
jurusan farmasi, tetapi malah diterima di pendidikan kimia. Ada pula yang bermimpi
menjadi guru dengan memilih kuliah di fakultas pendidikan, tetapi setelah lulus
malah kerja di bank. Saat hal itu menimpa pada diri kita, pasti pernah
terlintas rasa kurang ikhlas dan muncul perasaan gelisah.
Akan tetapi,
semuanya sudah terjadi dan kita harus menjalaninya. Kita harus menghentikan
pikiran negatif yang muncul tanpa terkendali dalam otak kita. Kita harus memaknai hal tersebut dengan
pandangan positif. Mungkin saat ini, itulah yang terbaik bagi kita. Kita harus
yakin itu semua demi kebaikan kita. Kita harus bisa mengubah rencana awal
menjadi rencana baru sesuai situasi dan kondisi.
2.
Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Di era milenial
ini, mudah sekali kita mencari informasi mengenai teman kita waktu zaman
sekolah dahulu atau zaman kuliah. Walaupun kita dulunya satu jurusan dengannya
belum tentu kita memiliki pekerjaan yang sama. Adakalanya temen kita lebih
sukses dalam harta. Kemudian, kita merasa kurang percaya diri pada pencapaian
kita saat ini.
Saat rasa itu
melanda, kita harus cepat sadar dan membangun kembali rasa percaya diri. Kita
harus menghargai dengan maksimal atas pencapaian kita. Kalau bukan kita yang
menghargai, siapa lagi. Kita harus berhenti membandingkan pencapaian kita
dengan orang lain.
Ingatlah di dunia
ini tidak mungkin semuanya menjadi orang kaya semua atau miskin semua. Semuanya
mengikuti kurva normal yaitu ada kaya, miskin, dan menengah. Dan dari kurva
tersebut yang berada di puncak (mayoritas) yaitu orang yang perekonomiannya
menengah atau cukup. Ketahuilah setiap orang memiliki peran masing-masing baik
besar atau kecil demi tercapainya keseimbangan kehidupan.
3.
Mengkhawatirkan masa depan
Terkadang kita
terlalu mengkhawatirkan masa depan kita. Sering juga bertanya pada diri sendiri
apakah masa depan kita sesuai apa yang kita impikan atau sebaliknya? Jika kita
berlebihan memikirkan masa depan, maka hanya membuat kita pusing dan kurang
menikmati proses yang saat ini kita lalui. Waktu yang kita miliki juga akan
sia-sia.
Ingatlah masa depan
merupakan rahasia Allah. Kita tidak bisa mengetahui keadaan kita esok atau sejam
kemudian. Kewajiban kita sebagai manusia hanya berusaha dan berdoa. Sementara
hasilnya yang menentukan Allah. Oleh karena itu, kita harus memaksimalkan apa yang menjadi
prioritas saat ini, entah pekerjaan, belajar, atau lainnya. Yakinlah jika kita
memaksimalkan hal apapun pada saat ini, insyaAllah kedepannya akan lebih mudah.
4.
Merasa hampa karena teman semakin berkurang
Ketika kita sudah memasuki dunia kerja, lingkup
pertemanan kita akan menjadi lebih sempit. Kebanyakan teman kita pada zaman
sekolah atau kuliah juga sudah disibukkan dengan urusan masing-masing. Apalagi
ada yang sudah berumah tangga. Di sini kita akan merasa sedikit hampa. Kita tidak
bisa bermain dengan grup kita seperti dahulu, mau merencanakan bermain saja susah
sekali. Akhirnya, hanya jadi wacana.
Dari kejadian ini, kita harus menyadari
bahwa kita sudah tak sebebas dahulu lagi. Kita sudah dewasa dan tangung jawab
yang kita emban juga bertambah. Tempat kembali kita hanyalah keluarga tercinta.
Keluarga menjadi tempat curhat, berkeluh kesah, dan berdiskusi merencanakan apa
yang kita impikan. Keluarga akan memotivasi dan mendukung kita dengan setia serta
bisa memahami kita dengan sepenuhnya. Jadi, jangan pernah merasa kita sendirian.
Masih ada keluarga yang senantiasa ada membersamai kita baik di kala susah
maupun senang.😊😍
sangat menginspirasi semoga dapat aku terapkan di kehidupan sehari hari agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi
BalasHapus