Mencapai Gelar Takwa
Istilah takwa mudah
diucapkan tetapi sulit dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah kita
sudah termasuk orang yang bertakwa atau malah jauh dari kata takwa?
Apa saja sih cara kita menjadi orang yang bertakwa?
Ada lima sikap yang harus kita miliki, antara
lain:
1. Mengurangi kecintaan dunia dan mengalihkan kecintaan kehidupan akhirat.
Kebanyakan orang emang sangat
mencintai kehidupan dunia. Terkadang kerja tanpa mengenal waktu demi memenuhi
kebutuhan dan keinginan. Mereka menganggap orang sukses adalah yang memiliki
banyak harta. Misalnya si Fulan seorang manager di perusahan swasta ternama di
Indonesia, memiliki harta banyak dan anak-anaknya kuliah di universitas favorit.
Otomatis si Fulan merasa dirinya sudah sukses dalam dunia. Akan tetapi, apakah
suksesnya si Fulan di dunia akan membawa kesuksesan di akhirat? Tentu saja,
tidak. Perlu usaha yang keras juga untuk mencapai kesuksesan di ahirat. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2:214)
“Ataukah kamu mengira bahwa
kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang
dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan,
penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya berkata “Kapankah datang pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
2. Sabar dalam menghadapi cobaan
Hidup itu memang penuh cobaan. Cobaan tersebut untuk meningkatkan kualitas
diri kita. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Mungkin ujian itu datang dengan tiba-tiba dan dirasa silih berganti.
Ujian merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya.
Kita hanya diminta sabar mengahadapinya. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah (2: 155-156)
[155] Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar, [156] (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesunguhnya kami milik
Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Selain itu, kita harus yakin bisa melewati masa-masa itu,
karena Allah tahu bahwa kita mampu menghadapinya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2:286)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
Dan yakinlah bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
3. Serius dalam rangka mendidik generasi masa depan.
Sebagai orang tua, kita harus membekali anak kita dengan pendidikan yang
tinggi. Pendidikan yang dimaksud adalah ilmu agama. Bukan berarti kita
mengesampingkan ilmu dunia. Akan tetapi, kita harus menyeimbangkan antara
keduanya. Jika ilmu dunia tinggi tanpa ilmu agama, tentunya tidak akan baik.
Misalnya adanya pejabat yang korupsi, perilaku sombong ketika memiliki jabatan
tinggi dan kaya, memandang rendah orang lain, dan memilih berteman dengan yang
sederajat dengannya. Oleh karena itu, ilmu agama sangat penting. Tanpa ilmu
agama manusia tidak akan bisa berbuat baik. Jangan pula khawatir belajar agama
bisa memengaruhi ilmu dunia di bangku sekolah. Itu tidak akan terjadi, justru
dengan paham agama, ilmu lainnya akan mudah dipelajari. Sebaliknya, takutlah
jika anak kita tinggi ilmu dunia tapi tidak paham agama. Ini sangat rugi baik
di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah dalm QS. An-Nisa’ (4:9).
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.
4. Menjaga kebersamaan untuk menghindari perselisihan.
Setiap insan memiliki sifat ego masing-masing, karena hakikatnya karakter
setiap orang berbeda-beda. Di satu sisi kita sebagai makhluk sosial selalu
membutuhkan orang lain dalam segala hal. Oleh karena itu, perlunya sikap saling
memahami dan menghargai. Kita harus bisa melihat situasi dari berbagai sudut
pandang. Jangan paksakan sudut pandangmu terhadap orang lain. Melainkan coba
pahami mereka dengan sudut pandang yang lain. Adanya sikap saling menghargai
dapat menghindarkan kita dari perselisihan. Mengalahlah jika memang perlu,
daripada saling ego dan memutuskan silaturahmi. Mengalah bukan berarti kita lemah,
tapi itu demi situasi menjadi kondusif.
5. Siap menjalankan perintah Allah, rasul, dan pimpinannya.
Sebagai umat Islam kita diperintahkan untuk taat kepada perintah Allah,
rasul, dan pimpinan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa’ (4:59)
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah rasul
(Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an)
dan rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Selain itu, kita juga perlu ingat bahwa kita selalu diawasi oleh Allah dan
malaikat selalu mencatat amal baik dan buruk, jadi janganlah berbuat maksiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar